Dahulu di
Sumatera ada seorang gadis yang sangat cantik. Kulitnya putih kemerah-merahan
bagai kulit pinang yang masak. Orang-orang pun menyebutnya Putri Pinang Masak.
Kecantikannya menyebar kemana-mana. Banyak pemuda yang melamarnya, tapi Putri
Minang Masak belum berniat berumah tangga. Berita kecantikan putri itu sampai
juga ke telinga Raja Buruk Rupa yang tinggal di Pulau Jawa. Raja itu terkenal
kuat, kaya, dan amat di takuti. Daerah kekuasaannya amat luas, tapi ia masih hidup
sendiri. Begitu mendengar kecantikan Putri Minang Masak, ia segera datang
melamarnya.
Putri
Minang Masak kebingungan, sebab bila lamaran itu ia tolak pasti raja itu akan
murka, lalu akan timbul peperangan. Tapi di sisi lain ia tak mau di sunting oleh
raja berwajah buruk. Putri segera mencari akal bagaimana caranya menggagalkan
lamaran itu. Akhirnya ia menjawab “Aku mau disunting asal baginda sanggup
membuatkan istana megah berikut isi perabotannya serta kolam pemandian dan
taman-taman yang indah hanya dalam waktu semalam, mulai dari matahari terbenam
hingga kokok ayam bersahut-sahutan. Bila gagal, baginda tidak hanya batal
menyuntingku tapi juga harus menyerahkan seluruh kekayaan kepadaku”.
Raja
Buruk Rupa menyanggupinya. Segera ia memerintahkan ribuan tukang-tukang
terbaiknya untuk berkumpul. Ketika matahari terbenam mereka segera membangun
istana itu. Tengah malam hampi selesailah istana berikut kolam renangnya. Kini
tinggal taman-tamannya saja. Putri Pinang Masak amat khawatir. Semalaman ia
tidak dapat tidur. Ia mencari akal lagi untuk menggagalkan usaha raja itu.
Akhirnya ia pergi ke kandang ayam sambil membawa lampu-lampu penerang.
Ayam-ayam itu mengira matahari telah terbit. Mereka pun langsung berkokok
bersahut-sahutan. Mendengar kokok ayam itu, raja memerintahkan tukang-tukangnya
untuk menghentikan pekerjaannya.
“Mengapa
berhenti, Baginda? Padahal pekerjaan tinggal sedikit lagi, dan matahari belum
terbit,” kata para tukang itu. “Tapi kokok ayam telah terdengar
bersahut-sahutan. Inilahperjanjianku dengan putri itu. Sebagai kesatria aku
harus konsekwen memegang janjiku!” kata raja. Semua tukang pun berhenti, dan
raja mengakui kekalahannya. Maka diserahkannya seluruh kekayaannya kepada Putri
Pinang Masak. Raja itu amat sedih dan hancur hatinya karena gagal menyunting
putri cantik itu. Bahkan ia jatuh miskin pula. Namun melihat kesungguhan dan
kejujuran Raja buruk rupa, Putri Pinang Masak mengubah kata-katannya. Ia pun
menerima lamaran raja itu.
“Kesungguhan,
ketulusan, dan sikap konsekwen Baginda yang membuat saya menerima lamaran
Baginda,” kata Putri Pinang Masak. Raja Buruk Rupa terkejut. Ia seperti tidak
percaya mendengarjawaban itu. Saking gembiranya, Raja Buruk Rupa menceburkan
dirinya ke kolam renang yang dibuatnya. Seketika itu juga wajahnya yang buruk
berubah menjadi tampan. Ahirnya Putri Pinang Masak menikah dengannya. Mereka
hidup bahagia. Daerah putri itu kemudian dinamakan Negeri Pinang. Pinang dalam
bahasa Jawa adalah Jambe. Raja-raja Jawa menyebutnya Kota Jambe, dan lama-lama
menjadi Jambi.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar